BETON DAN SEJARAHNYA

Beton dan Sejarahnya

Beton merupakan campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI, 2002). Beton saat ini menjadi material yang banyak dipilih dan diminati. Beton mudah dibuat menjadi berbagai bentuk, tidak memerlukan tenaga yang sangat ahli dalam pembangunan, tidak membutuhkan perawatan pasca pembangunan dan dari segi ekonomis bahan beton adalah paling murah bila dibandingkan konstruksi baja atau kayu, serta tahan terhadap bahaya kebakaran.

Kekuatan, keawetan dan sifat beton tergantung pada sifat-sifat bahan dasar, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukannya, maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan dan cara perawatan selama proses pengerasan (Tjokrodimuljo, 1996).

Beton yang baik adalah beton yang mempunyai kuat tekan yang tinggi, kuat tarik tinggi, kuat lekat tinggi, rapat air tahan aus, tahan cuaca (panas, dingin, sinar matahari, hujan), tahan terhadap zat-zat kimia (terutama sulfat), susutan pengerasanya kecil, elastisitasnya (modulus elastisitas) tinggi.

Kuat Tekan Beton 

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari menggunakan benda uji silinder berukuran 15 cm x 30 cm. Gaya aksial yang terdistribusi pada batang penekan compressive strength machine akan diterima oleh luas penampang silinder.

 

 

Adapun faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah sebagai berikut:

  1. Pengaruh cuaca buruk berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh pergantian panas dan dingin. 
  2. Daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-lain. 
  3. Daya tahan terhadap haus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan orang berjalan kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain.
  4. Bahan-bahan penyusutan beton, seperti: air, semen, agregat, admixture, bahan tambahan. 
  5. Metode pencampuran, yaitu: penentuan proporsi bahan, pengadukan, pengeceron, pemadatan.
  6. Perawatan, Pembasahan/perendaman, suhu dan waktu.
  7. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat.

Sumber: https://www.kajianpustaka.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *