Pengujian Beton

Pengujian Beton merupakan material bangunan yang banyak diaplikasikan pada berbagai proyek konstruksi seperti pembuatan jalan beton, pembangunan gedung bertingkat, hingga pembangunan jembatan. Beton dalam bangunan sendiri secara umum dikelompokkan menjadi beton bertulang dan tidak bertulang.

 

Beton bertulang merupakan jenis beton yang diberikan tulangan berupa besi untuk menambah daya elastisitas beton. Sedangkan beton tidak bertulang tidak menggunakan tulangan besi tersebut, kedua jenis beton ini harus mempunyai berkualitas baik agar bangunan yang dibuat kokoh dan tahan lama.

Berbagai Macam Metode Pengujian Beton

Mengingat vitalnya material beton dalam bangunan ini, tentu bahan atau agregat penyusun beton seperti pasir, semen, air, kerikil, dll juga harus berkualitas baik. Selain penggunaan bahan penyusun yang baik, umumnya akan dilakukan pengujian beton untuk mengetahui kekuatan beton tersebut. Pengujian beton dilakukan dengan mengukur tingkat kekerasan beton dengan berbagai metode. Berikut berbagai macam metode pengujian beton :

1. Uji Kuat Tekan Beton (Compression test)

Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengukur kekuatan beton dengan cara memberikan tekanan pada sampel beton hingga beton mengalami kehancuran.

2. Slump test

Slump test adalah pengujian beton yang dilakukan untuk mengetahui kadar air beton untuk mengetahui mutu beton.

3. Uji Core Drill

Uji core drill merupakan pengujian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari beton yang sudah dibuat. Pengambilan ini dilakukan menggunakan alat core drill seperti nama pengujiannya. Namun pastikan pengujian ini dilakukan jangan sampai merusak struktur dari beton tersebut. Sampel beton tersebut kemudian akan diuji crusing test di laboratorium.

4. Hammer test

Hammet test beton dilakukan pada beton yang sudah dibuat untuk mengukur kekuatan maupun tegangan karakteristik beton. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat hammer test pada bagian bangunan seperti kolom, balok hingga plat lantai. Sebelum pengujian dilakukan, pastikan permukaan bagian bangunan yang diuji memiliki permukaan yang rata. Bila belum rata maka lakukan perataan menggunakan gerinda agar tingkat akurasi pengujian semakin tinggi / baik. Lakukan pengujian pada beberapa titik, umumnya dilakukan hingga 20 titik. Hasil pengujian ini kemudian akan dianalisa menggunakan standar deviasi agar dapat mengetahui mutu beton.

5. Pengujian Ultrasonik atau Ultrasonic non Destructive

Pengujian ini merupakan jenis pengujian baru yang kini banyak digunakan. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat ukur kekerasan yang menerapkan prinsip gelombang ultrasonik. Di Indonesia sendiri pengujian jenis ini telah dikenal sejak tahun 1980 silam. Pengujian ini dilakukan dengan merambatkan gelombang ultrasonik pada beton untuk mengetahui kekuatan beton.

sumber : https://mitech-ndt.co.id/metode-pengujian-beton/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *